Bab III
Model Analisis Masalah Ekonomi
Ekonomi adalah suatu ilmu. Ekonomi termasuk dalam kelompok ilmu sosial berhubung yang menjadi obyek studinya adalah perilaku manusia/ masyarakat. Akan tetapi ekonomi berbeda dengan ilmu sosial yang lainnya, karena dalam ekonomi dipelejari perilaku manusia/ masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dengan memilih sumber-sumber produksi yang langka dan cara pemakaiannya paling tepat.
Dalam praktek, kita sulit membedakan mana yang termasuk dalam kategori perilaku ekonomi dan mana yang bukan, karena struktur ekonomi suatu negara itu rumit dan komplek. Karena itu untuk dapat mejelaskan begaimana kegiatan ekonomi beralngsung para sarjana ekonomi menggunakn cara-cara penyelidikan sebagai berikut :
(1) menyederhanakan persoalan-persoalan yang dihadapi dengan jalan membuat beberapa asumsi dan model dari keadaan yang diselidiki.
(2) Mengadakan penelitian atas persoalan-persoalan yang terjadi agar dapat menarik beberapa kesimpulan.
Untuk menyelidiki perilaku manusia dalam membeli suatu barang, misalnya membeli daging. Maka dibuat penyederhanaan, dalam arti memisah-misahkan (dalam pikiran) faktor-faktor mana yang relevan dan faktor-faktor mana yang kurang relevan dalama persoalan manusia dalam membeli suatu barang (daging). Termasuk yang dianggap kurang relevan dalam persoalan ini antara lain pendapatan, kebiasaaan, warna daging, dsb. Kemudian dibuat asumsi, dalam arti dianggap bahwa faktor-faktor tersebut tidak mengalami perubahan selama penyelidikan atau tidak berpengaruh. Dengan demikian kita tembuat suatu model yang disebut seteris paribus dari keadaan yang akan diselidiki yaitu keadaan membeli daging yang hanya dihubungkan dengan harga daging, sedangkan faktor yang lain dianggap tidak berubah.
Dinamakan model siteris paribus kalau yang diutamakan adalah asumsi tentang tidak berubahnya atau berpengaruhnya faktor-faktor yang dianggap kurang relevan, dan disebut model equilibrium kalau yang diutamakan adalah asumsi adanya beberapa faktor dalam posisi sama kuat, sehingga tidak ada kekuatan yang mau mengubah. Misalnya, model equilibrium pasar yang mengandung arti kekuatan permintaan dan penawaran sama kuat, sehingga terbentuk harga.
Dalam menjelaskan proses melilih, digunakan dua asumsi dasar. Pertama, asumsi manusia ekonomi (homo economicus) yaitu menganggap bahwa setiap manusia akan selalu bertindak rasional dan konsisten secara ekonomik. Kedua, asumsi kesempatan kerja penuh, yaitu menganggab bahwa sumber-sumber produksi yang tersedia telah terpakai semua di dalam proses produksi secara efektif dan efisien. Asumsi ini penting agar kita dapat menjelaskan perilaku manusia dalam memilih.
Hubungan dua faktor ( X dan Y)
Dari contoh di atas kita mengenal beberapa diagram yang menunjukkan hubungan yang ada antara dua faktor. Satu faktor diskalakan pada sumbu vertiikal (sumbu Y) dan yang lain pada sumbu horisontal (sumbu X). setiap titik dalam diagram menunjukkan hubungan sejumlah faktor yang satu dalam kaitannya dengan sejumlah faktor yang lain. Apa bila titik titik tersebut dihubungkan akan terbentuk satu garis yang disebut kurve. Setiap kurva akan melukiskan hubungan “ apabila maka” antara dua faktor yang bersangkutan. Hubungan tersebut dapat berarah positif ( apabila faktor yang satu bertambah maka yang lain akan juga akan bertambah, atau yang berarah negatif (apabila faktor yang satu bertambah maka yang lain akan kerurang)
Gambar 4.
Hubungan Dua Faktor
Diagram hubungan negatif Diagram hubungan positif
Y Y
Faktor X Faktor X
Setiap kurva mempunyai tiga kemungkinan liku. Liku kurve dapat diidentivikasikan melalui rasio unit-unit tambahan ( yang disebut unit marginal) antara faktor yang satu ( ã y) dengan faktor yang lain (ã X). perbandingan antara dua unit tambahan tersebut biasanya disebut rasio substitusi marginal (MRS) antara faktor yang dengan faktor yang lain, yang ditulis MRS xy =
Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa dalam suatu perekonomian akan selalu mengahdapi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Sehingga untuk mengaloka- sikan sumberdaya yang terbatas terseb perlu melakukan pilihan, yang kadang sulit dilakukan. meskipun suatu barang telah telah dapat dihasilkan tetapi kadang masih terjadi kelangkaan. Misalnya pada sektor pertanian, dengan digunakannya lahan untuk menggalakkan penanaman padi, akan mengakibatkan jumlah padi semakin banyak, tetapi dana, tenaga kerja dan pupuk jumlahnya terbatas. Dan jumlah produksi komoditas pertanian yang lain akan berkurang, seperti jagung, kedelai, dsb. Karena tanah digunakan untuk menanam padi. Oleh sebab itu pemilik sumberdaya harus melakukan pemilihan untuk mencapai kepuasan atau hasil yang sebesar-besarnya. Pilihan harus dilakukan secara rasional.
Dengan sumberdaya yang terbatas tersebut maka adanya keputusan untuk memiliki suatau barang yang lebih banyak akan membawa akibat barang kepemilikan terhadap barang lain akan lebih sedikit. Dengan keputusan untuk memiliki suatu barang yang lebih banyak adalah alternatif kesempatan terbaik yang dikorbankan, yaitu dengan mengkorbankan atau terpaksa mengurangi jumlah barang lain, karena sumberdaya banyak dialihkan kepada barang yang akan dihasil lebih banyak tadi. Ini yang disebut dengan biaya alternatif (oportunity cost).
Berikut ini disajikan sebuah contoh baiya alternatif. Seorang petani dengan lahan sawahnya mengahsilkan dua produk komoditas (padi dan jagung) dari sejumlah sumberdaya tertentu (tanah, tenaga kerja, air dan pupuk). Kemungkinan kombinasi yang dapat dihasilkan dari lakan tersebut adalah :
Tabel 1. Kemungkinan Produksi padi dan Jagung pada sebuah lahan (1 ha)
Kombinasii
|
Padi (Kg)
|
Jagung (Kg)
|
A
B
C
D
E
|
40.000
30.000
20.000
10.000
0
|
0
38.000
52.000
60.000
65.000
|
Apabila titik-titik kombinasi yang ada pada contoh tabel di atas, yaitu titik A, B, C, D, E, dan F tersebut dihubungkan dengan garis, akan diperoleh suatu garis yang menghubungkan antar titik tersebut yang disebut kurva (curve) kemungkinan produksi seperti berikut :
Gambar 5. Kurva Kemungkinan Produksi
Padi
40
30
20
10
10 20 30 40 50 60
Jagung
Kurva di atas menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasidari dua produk (padi dan jagung yang dapat dihasilkan oleh petani dengan sejumlah sumberdaya yang ada, yang disebut dengan faktor produksi pertanian (tanah, tenaga kerja, air, bibit dan pupuk)
Titik–titik (kombinasi padi dan jagung) yang terletak di bawah kurva menunjukkan adanya pemborosan karena sumberdaya tidak digunakan sepenuhnya. Dengan demikian produksi tidak efisien, yang diukur dari adanya pemborosan. Sedang titik –titik yang berada di luar kurva merupakan kombinasi produksi yang tidak mungkin dihasilkan karena sumberdayannya tidak cukup. Titik A, B, C, dan D yang terletak pada kurva adalah kombinasi yang maksimum, dan kombinasi inilah yang paling efisien karena semua sumberdaya telah digunakan sepenuhnya dan tidak terjadi pemborosan
Kurva kemungkinan produksi turun miring dari kiri atas ke kanan bawah (lerengnya negatif) artinya dengan sumbeberdaya tertentu , petani dapat menambah produksi jagung apabila mengalihkan sebagian sumberdayanya (misalnya tanah) dari tanaman padi ke jagung. Keadaan ini dikenal dengan biaya alternatif yang semakin tinggi (increasing opportunity cost)
Contoh diatas berlaku pula dalam perekonomian dan dialami negara dimanapun, yakni keterbatasan sumnberdaya yang dimiliki yang harus dialokasikan seefisien mungkin. Misalnya negara menghendaki akan membangun perelngkapan militer, maka banyaknya pembangunan sarana fisik akan berkurang. Bentuk kurva kemungkinan produksinya hampir sama dengan individu di atas .
Gambar 6.
Kurva Kemungkinan Produksi Untuk Satu Negara
Secara Keseluruhan
B
D
¨G E
F
C
Alokasi sumberdaya yang efisien secara nasional bila berada pada kurva tersebut. Titik G menunjukkan adanya pengangguran sehingga ekonomi tidak berada pada tingkat yang maksimum.